Menyambut IMNU di Trenggalek
KANGIZZA - Kemajuan teknologi dunia semakin tak terbendung saja, menjadi konsekuensi logis bagi seluruh generasi muda NU untuk berfikir cepat dan bertindak tepat merespon fenomena tersebut. Kemajuan teknologi tersebut menguatkan proses globalisasi dunia yang semakin menggerus tapal batas geografis, norma, dan nilai yang selama ini berlaku. Di satu pihak menunjang percepatan kemajuan umat manusia namun harus disadari dampak negatif pasti menguntit siapa saja yang tidak memiliki kekuatan dalam memegang prinsip.
Setidaknya dampak positif kemajuan teknologi yang dapat dirasakan adalah mudahnya kita mendapatkan akses informasi. Peristiwa yang terjadi di belahan dunia melalui sentuhan-sentuhan lembut pada gagdet kita—dalam sepersekian menit sudah dapat kita ketahui. Namun sayangnya—ada saja oknum yang memanfaatkan kemudahan akses informasi ini dengan memproganda manusia melalui berita hoax di dunia maya, yang pada akhirnya membuat rusaknya kemesraan tatanan sosial. Maka dari itu, perlu adanya upaya untuk membendung gelombang hoax yang dewasa ini memenuhi laman-laman jejaring sosial dan dunia maya.
Penurunan kualitas informasi dan sering ditemukan situs-situs wahabi di dunia maya yang acapkali menyudutkan NU—telah disadari dan kemudian direspon oleh kalangan muda NU yang memiliki basic santri sekaligus pegiat internet marketer. Atas dasar kesamaan rasa—yakni cinta kepada NU dan memiliki kesamaan latar belakang—santri yang juga sekaligus internet marketer—singkat cerita akhirnya membentuk komunitas kultural di bawah NU dengan nama Internet Marketer Nahdlatul Ulama (IMNU).
Selayang Pandang tentang IMNU
Komunitas Internet Marketer Nahdlatul Ulama (IMNU) merupakan representasi kulminasi kemuakan kaum muda NU atas berita-berita HOAX yang selama ini menyudutkan NU, ajaran serta amaliyah, dan tidak jarang pula dengan lantang berani memfitnah sesepuh NU seperti Kyai Said, Kyai Ma’ruf Amin, Gus Mus dan para kyai lain—yang tentu jika dibiarkan akan memecah belah NU yang berperan sebagai jangkar bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.Keprihatinan terhadap perkembangan sosial dan kegamaan di Indonesia yang semakin semrawut akibat dangkalnya wawasan serta di sisi lain perkembangan media sosial yang tidak bisa lagi dielakkan—menjadi latar belakang berdirinya IMNU. Digawangi oleh generasi muda NU, yaitu Cariban Gaban (Ketua Umum PP IMNU) dan dua teman lainnya, Fahmi Baehaqi dan Baldan Nur Baharuddin pada tanggal 11 Mei 2017 sepakat untuk membentuk komunitas yang bertujuan mewadahi para pegiat internet marketer yang berpaham Ahlussunnah Wal Jama’ah. Komunitas yang terbentuk pada tahap ini adalah embrio dari IMNU.
Dengan bantuan dan dukungan dari Lembaga Dakwah NU, dalam kurun waktu dua bulan komunitas internet marketer ini berhasil mengumpulkan 50 kader NU yang berlatar belakang Blogger, Youtuber, Affiliate Marketer, Develop Android yang tentunya berfaham Aswaja An-Nahdliyah dan kemudian oleh PBNU pada tanggal 05 Agustus 2017 komunitas kultural ini diresmikan dengan nama Internet Marketers Nahdlatul Ulama (IMNU).
IMNU selain bertujuan untuk memaksimalkan dakwah NU dalam memerangi konten-konten beraroma radikalisme dan intoleransi di dunia maya sebagaimana disampaikan oleh Ketua IMNU, Cariban Gaban—bahwa komunitas IMNU juga dapat berkontribusi dalam menunjang perekonomian warga Nahdliyin.
Potensi SDM Internet Marketers di Trenggalek
Berdasarkan pengamatan penulis pribadi, sesungguhnya di Trenggalek sendiri tidak sedikit generasi muda NU yang berprofesi sebagai pemain internet marketing baik Blogger, Youtubers, Affiliate Marketers, atau yang lain. Profesi internet marketer yang digeluti ini mayoritas merupakan pekerjaan sampingan atau sekedar menyalurkan hobi di samping pekerjaan utama mereka seperti guru, operator sekolah, penjaga warnet, atau pekerjaan lainnya. Namun tidak jarang juga yang memang menjadikan internet marketing sebagai pekerjaan utama.Jika berbicara mengenai nominal pendapatan—para pemain internet marketing yang penulis kenal rata-rata enggan untuk menyebutkan secara jelas berapa penghasilannya. Entah karena sangking banyaknya penghasilan yang bisa diraup atau karena alasan lain sehingga memaksa mereka untuk tidak menjawab—itu menjadi misteri bagi newbie (pemula). Tetapi berdasarkan penelusuran penulis, saya temukan beberapa pengakuan dari para masta (master)—dengan fokus menggeluti internet marketing dengan tekun maka pundi-pundi dolar yang lumayan bisa dihasilkan.
Dari segi fasilitas pendukung, tempat-tempat keramaian di Trenggalek kebanyakan sudah dilengkapi wifi, sudah sangat jarang ditemukan tempat-tempat keramaian seperti cafe, resto, warung kopi atau yang lain yang tidak ada fasilitas wifinya. Bahkan tidak sedikit juga rumah-rumah penduduk yang memasang wifi untuk kepentingan pribadi. Artinya dengan menjamurnya pemasangan wifi tersebut membuat masyarakat Trenggalek semakin mudah untuk mendapatkan koneksi internet sebagai syarat utama untuk melakukan aktifitas internet marketing.
Selain beberapa keterangan diatas, sebenarnya banyak juga dari kalangan muda NU di Trenggalek yang memiliki minat untuk belajar tentang internet marketing. Namun sayangnya belum ada wadah yang bisa menampung minat mereka dalam mempelajari internet marketing.