Meneropong Gerakan “Barisan Celeng Berjuang”
KANGIZZA – Publik diramaikan soal munculnya kelompok yang mengatasnamakan Barisan Celeng Berjuang lengkap disertai logo yang memang benar-benar bergambar celeng. Siapa sebenarnya mereka?. Akan kita bahas pelan-pelan.
Logo Barisan Celeng Berjuang |
Atmosfer pertarungan politik 2024 sudah mulai terasa. Bisa kita lihat dalam berbagai laman media mainstream sudah santer mewartakan soal hasil survey terbaru siapa yang paling cocok menjadi Presiden menggantikan Pak Jokowi dalam pemilu mendatang.
Dilansir dari news.detik.com misalnya, Saiful Muljani Research and Consulting (SMRC) mengeluarkan rilis terbaru survey calon presiden 2024. Berdasarkan hasil survey , tiga nama teratas yakni Prabowo Subianto 20,7%, Ganjar Pranowo 19,0% disusul Anies Baswedan 14,3%. (07/10)
Ketiga nama diatas bisa memuncaki hasil survey tentunya tidak terlepas dari opini dan kecenderungan masyarakat dalam melihat kinerja atau aspek lainnya. Prabowo dengan hasil tertinggi yang mungkin dikarenakan masih memiliki pemilih kongkrit saat kalah pilpres sebelumnya. Ganjar Pranowo yang lagi digandrungi karena kinerjanya yang bagus sebagai Gubernur Jateng dan dinilai lebih adaptif dengan aspirasi kelompok milenial.
Dan emmmm .... agak berat menyebutnya, kok bisa-bisanya ada di urutan ketiga, Anies Baswedan dengan segala prestasinya sebagai Gubernur DKI yang berhasil membangun patung bambu mesum, pasang bongkar jalur sepeda, membangun tugu sepatu dan merencanakan balapan Formula E tapi gak balapan-balapan juga. Tidak lufa lengkaf bersama dukungan fara lasyekar. Muehehe
Masyarakat di Indonesia sekarang ini mayoritas sudah semakin cerdas dalam memilih pemimpin, meskipun kita harus menyadari ternyata tidak sedikit juga yang memilih Gubernur hanya karena alasan seiman, menang lagi. Sungguh terlalu kisanak.
Pendewasaan dalam konteks politik ini bisa dikatakan sebagai berkah bonus demografi dimana masyarakat didominasi kelompok muda yang lebih rasional dan cenderung melihat kinerja daripada pencitraan semata.
Gelombang Dukungan untuk Ganjar sebagai Calon Presiden
Berangkat dari tendensi tersebut, maka tidak mengherankan jika kemudian publik beramai-beramai menginginkan Ganjar Pranowo maju sebagai calon presiden yang menggantikan Pak Jokowi. Pesona sosok Ganjar membuat gelombang dukungan masyarakat semakin menjadi-jadi, selain di jagat twitter, wujud dukungan kepada ganjar juga datang dari kader-kader PDI-P yang ada di daerah-daerah.
Paling awal muncul ke muka publik yang menyatakan dukungan kepada Ganjar adalah Sahabat Ganjar, komunitas atau kelompok relawan pecinta Gubernur berciri khas rambut putih, untuk maju calon Presiden RI 2024-2029. Kemudian disusul kelompok relawan pecinta ganjar lainnya besar-besaran mengadakan deklarasi dukungan.
Nampaknya, fenomena tersebut membuat gerah elite PDI-P yang ada di Jakarta. Seperti kita tahu, beberapa waktu sebelumnya terjadi drama sindir-sindiran antara Puan Maharani kepada Ganjar Pranowo. Isi sindiran Puan menyoal pemimpin yang harus bekerja di lapangan, bukan hanya di dunia maya, yang tak lama kemudian bertebaran baliho-baliho bergambar Puan dimana-mana. Muehehe.
Kita bisa menangkap bahwa sedang terjadi gap antara beberapa elite PDI yang ada di pusat dengan suara kader-kader yang ada di daerah. Pusat sepertinya lebih menghendaki Puan untuk maju sebagai capres dari PDI, sedangkan kader-kader akar rumput lebih menghendaki Ganjar.
Tak ayal polemik dukung-mendukung ini menyulut emosi elite partai. Bambang Wuryanto, Ketua DPD PDIP Jawa Tengah mengeluarkan statement yang cukup yahut. “apapun alasan itu yang deklarasi, kalau di luar barisan ya celeng,” tegas Bambang Pacul diwartakan Solopos.com--jaringan Suara.com. (13/10). Disinilah kemunculan celeng untuk pertama kalinya.
Disinyalir pernyataan itu, diarahkan kepada DPC Seknas Ganjar Indonesia (SGI) Kabupaten Purworejo setelah menyatakan deklarasi dukungan untuk Ganjar Pranowo maju dalam pilpres mendatang.
Barisan Celeng Berjuang, Ganjar dan Perlawanan
Pernyataan keras dengan menyebut “Celeng” kepada para pendukung Ganjar langsung saja dieksekusi Seknas Ganjar Indonesia Purworejo dengan membuat logo kepala celeng dengan kombinasi warna hitam, merah dan putih.
Eko Lephex, yang ngakunya kader PDI-P Purworejo menerangkan filosofi logo Barisan Celeng Berjuang sebagaimana dilansir detik.com (13/10). "Taring panjang agar kita tetap semangat berjuang tidak takut rintangan apa pun. Warna merah artinya kader PDIP arus bawah yang berani memperjuangkan pilihannya, sedangkan putih simbol kebenaran hati nurani kami," jelasnya.
Polemik antara Banteng dengan Celeng ini semakin menarik saja. Bahkan di salah satu media mainstream disediakan kolom sendiri dengan tajuk “Banteng vs Celeng”. Jadi semacam disediakan “ring tinju” untuk memantau mereka adu “srudugan”.
Ganjar memang sudah jauh-jauh hari mendapatkan simpati dari masyarakat untuk digadang-gadang sebagai penerus Jokowi. Tapi ya namanya politik, semua bisa berubah dalam waktu sekejap. Kalo orang jawa menyebutnya “isuk dele sore tempe”. Cuma suara yang berkembang di masyarakat harus menjadi pertimbangan partai dalam mengambil kebijakan. Alih-alih menunjukkan komitmen kepartaian malah ditinggalkan jika sampai salah mengambil langkah.
Barisan Celeng Berjuang diklaim sebagai bentuk perlawanan kader PDIP akar rumput terhadap “demokrasi terpimpin” yang disinyalir berlangsung di kalangan elit partai. Satu sisi bisa dikatakan demikian, tetapi disisi lain hal ini mengindikasikan bahwa sedang terjadi perpecahan di internal partai. Apakah dinamika ini murni karena faktor animo dukungan kepada ganjar yang kebetulan berbeda dengan kehendak elit?. Atau malah ada pihak luar yang sengaja membuat kisruh di internal partai?
Warning Buat PDI-P
Dua periode kepemimpinan epic Pak Jokowi memimpin negara, kemudian munculnya pejabat-pejabat kompeten seperti Pak Ganjar dan Bu Risma yang sekarang menjabat sebagai mensos – menunjukkan seberapa berkualitas kader-kader yang dimiliki oleh Bu Megawati.
Tidak mengherankan jika partai berlogo banteng ini mendapatkan simpati masyarakat Indonesia sebagai impact dari kinerja kader-kadernya dalam menjalankan tupoksi sebagai pejabat publik. Saya meyakini bahwa mayoritas elite PDI-P memiliki pandangan demikian.
Tidak sulit sebenarnya jika PDI masih menghendaki menjadi partai pemenang di Indonesia, dengarkan apa yang menjadi aspirasi mayoritas suara rakyat. Pun juga mempertimbangkan berbagai aspek lainnya agar tidak salah langkah dalam mengambil keputusan soal pencapresan nanti.
Daripada seperti yang terjadi sekarang, alih-alih tetap menjadi banteng yang perkasa, justru mendapatkan gempuran dari Barisan Celeng Berjuang. Tentu ini menjadi warning keras buat PDI-P.
Bagi warganet di jagat twitter, tentunya sudah tidak asing lagi dengan bang el, @txtdaridgmbk, legend tweet yang sudah mewarnai dunia persilatan politik di Indonesia dengan informasi-informasi akurat.
Dalam cuitannya, bang el memberikan informasi bahwa polemik antara “Banteng vs Celeng” tidak jauh dari campur tangan Partai Mangkrak dan Partai Korupsi Sapi yang kita sudah sangat mafhum siapa keduanya.
Oleh karena itu, polemik yang terjadi di internal partai “wong cilik” ini perlu menjadi perhatian bersama – terutama bagi masyarakat Indonesia yang gandrung dengan sosok Ganjar Pranowo sebagai salah satu calon terbaik dalam pertarungan pemilihan Presiden 2024. Jangan sampai polemik ini menjadikan peluang Pak Ganjar menuju RI 1 justru semakin kecil.
Formulasi Bangsa : Nasionalis – Religius
Bu Megawati merupakan manifestasi perempuan politik di Indonesia dengan segudang pengalaman. Ia telah melalui proses panjang dalam pergolakan politik negara semenjak orde baru yang sarat pendiskreditan dari kelompok Soeharto.
Meskipun elite partai di Jakarta menghendaki sosok lain selain Pak Ganjar, tetapi Puan Maharani yang maju mewakili PDI-P sebagai capres atau cawapres, saya meyakini bahwa Bu Mega akan lebih memilih siapa yang dipilih rakyat Indonesia.
Dari sekian banyak apa yang saya tulis diatas seperti seakan saya ini kader partai PDI saja, bukan, saya bukan kader partai. Saya tertarik menulis opini ini karena formulasi bangsa soal bersatunya kelompok nasionalis dengan kelompok religius, bukan Fekaes, Kadrun dengan segala kampretnya, tentunya.
Seperti yang kita rasakan sekarang, kombinasi Pak Dhe Jokowi sebagai representasi kelompok nasionalis menjadi Presiden dan KH. Ma’ruf Amin representasi kelompok religius sebagai Wakil Presiden – telah membawa negara meraih kemajuan dalam berbagai bidang, mulai dari pembangunan infrastruktur, ekonomi, kerukunan lintas agama, suku dan budaya yang terjaga dengan baik dan masih banyak yang lain. Bahkan dibawah kepemimpinan keduanya, Indonesia menjadi salah satu negara terbaik dalam penanganan pandemi Covid-19. Untung kemarin nggak sampai mendengarkan saran para kampret yang lokdan-lokdon. Meresahkan saja. Artinya, formulasi dan komposisi ini patut untuk dipertahankan.
Yang paling penting dilakukan sekarang adalah mengawal pemerintahan Joko Widodo sampai akhir periode sambil me-list program-program yang sudah ditetapkan, agar dapat segera direalisasikan.
Soal siapa capres dan cawapresnya nanti, mari kita nikmati dinamikanya sambil nyuruput kopi bersama. Kalau nanti akhirnya Pak Ganjar Pranowo yang maju sebagai Capres-nya dari PDI Perjuangan, yaa .... nanti Wapres-nya Kyai atau Gus siapaaa gitu.
Hahaha, begitulah kura-kura.