Inspiratif! Kisah Sukses Breeding Domba di Usia 23 Tahun
Dunia peternakan di Indonesia semakin menampakkan gairahnya. Beternak yang biasanya hanya digeluti oleh kelompok tua, dewasa sekarang kaum muda sudah tidak berpandangan sempit, alih-alih gengsi justru mereka bisa melihat peluang bisnis dalam menjalankan usaha peternakan. Sebut saja, Anugrah Pratama, usia 23 tahun, asal Banjarnegara, salah satu pemuda yang sukses beternak domba di usia yang cukup muda.
Bermodal pengalaman dari orang tua yang memang memiliki basic peternak, ia mengawali prosesnya menjadi peternak pada tahun 2017 lalu. Sudah banyak asam pahit manisnya pengalaman yang dirasakan.
Ia memulai bisnis peternakan dengan bermodal 20 ekor domba. Namun sayang, di awal memulai bisnisnya, ia harus menelan pil pahit karena tertipu dengan mitra bisnisnya. Pun demikian, tiada proses yang menghianati hasil. Sekarang, pemilik Kajine Farm Peternak Domba Terpadu tersebut sudah memiliki domba 250 ekor lebih di kandangnya yang berada di Pucang Blater, Bawang, Banjarnegara.
Kisah Sukses Breeding Domba
Jual Motor RX-King Sebagai Modal Ternak Domba
Dalam memulai bisnisnya, Tata, sapaan akrabnya, harus merelakan motor kesayangan untuk dijadikan modal membeli domba.
“Saya itu punya kendaraan bermotor, RX-King, dulu memang saya namai Kajine memang, karena saking sayangnya (sama motor) dan saya jual, maka ya itulah yang menjadi nama Kajine Farm sekarang”, ujar Tata mengawali cerita.
Ada beberapa alasan yang membuatnya memilih domba sebagai karir bisnis. Pertama, orang tua yang memang seorang peternak. Kedua, dorongan untuk memanfaatkan lahan dan kandang yang ada sebagai passive income.
“Awalnya dulu bapak itu main fatening sapi, semakin kesini saya termotivasi untuk beternak domba. Karena kandangnya setelah ngarit untuk sapi, lebih baik saya gunakan untuk domba. Karena alasan lebih efektif aja mas antara ternak sapi dan domba.”
Dari Fatening ke Breeding
Mengawali bisnisnya, pemuda Banjarnegara ini berorientasi untuk ternak domba dengan sistem fatening atau penggemukan dalam bentuk mitra. Namun karena kurangnya pengalaman, rintisan bisnis ternak penggemukannya tersebut bisa dikatakan kurang berhasil.
Faktor lainnya, selama menjalankan kemitraan dalam penggemukan domba Tata mengalami hal yang kurang mengenakkan. Pasalnya, lembaga kemitraan yang bekerjasama tidak mematuhi kesepakatan yang dibuat tiga bulan menjelang panen.
“Maka dari itu, kita inginnya merubah konsep gimana cara beternak domba yang menguntungkan,” ungkap Tata
“Akhirnya kita belajar-belajar dari peternak-peternak yang lain, peternak senior, peternak sekitar atau peternak besar,” imbuhnya.
Dari pengalaman pribadi dan hasil mencari pengalaman dan pembelajaran dari peternak-peternak lain itulah yang membuat pemuda kelahiran 1998 ini menjatuhkan pilihan untuk beternak domba secara breeding.
Domba Lokal, Marino (Batur), dan Texel
Terdapat tiga jenis domba yang hari ini dibudidayakan Kajine Farm, yakni domba lokal, Marino, dan Texel. Tata mengaku ada sisi keunggulan dengan memilih beternak domba dibandingkan kambing, terutama soal perkawinannya.
“Untuk domba, kawinnya dengan cara dikoloni,” terangnya.
Berbeda dengan kambing, para peternak biasanya harus mengerti kapan kambing sedang birahi, istilah jawa-nya peternak perlu memakai ilmu titen/ niteni. Sedangkan domba cukup mudah, tinggal dikoloni jadi satu, dalam waktu satu bulan, domba betina sudah bisa hamil semua.
Dalam proses breeding domba, Tata membagikan tips mengenai situasi kambing yang sedang menyusui anaknya. Menurutnya, untuk mengurangi resiko yang terjadi, sebaiknya indukan domba yang menyusui dipisah dari koloni sampai anakan domba cukup besar untuk dikembalikan lagi dengan koloni.
“Domba yang melahirkan atau menyusui, kita sket (pisah) satu-satu, biar tidak berantem dengan lainnya, jadi bisa meminimalisir kematian, biar tidak rusuh” jelasnya.
Tidak sebagaimana peternak konvensional, Tata memanfaatkan berbagai platform sosial media, Tiktok salah satunya, guna memberikan edukasi kepada masyarakat khususnya tentang ternak domba. Sampai detik ini, Tiktok-nya sudah memiliki follower 17,4 k.
Dengan memanfaatkan media sosial, ia dapat saling bertukar wawasan dengan para followernya mengenai ternak domba. Tidak jarang juga, beberapa followernya sampai datang ke kandang Kajine Farm untuk melihat langsung bagaimana proses breeding domba yang sedang ditekuni Tata.
Keresahan Peternak Milenial
Pun sesukses-suksesnya seseorang dalam menjalankan bisnis, tetap saja ada keresahan dalam pikiran yang membuatnya berimprovisasi guna memberikan kontribusi terbaik untuk lingkungan dan orang-orang di sekitar.
Tata mengutarakan bahwa dewasa sekarang, profesi menjadi peternak masih didominasi orang-orang tua. Melalui usaha yang dijalani dan publikasi kegiatannya melalui medsos, Tata berharap akan bermunculan lagi peternak-peternak sukses dari kelompok muda.
“Kita lihat sekarang peternak-peternak muda agak kurang mas ya, kebanyakan usia pensiunan, 40 tahunan, intinya saya ingin mengajak teman-teman yang muda bergairah lagi untuk beternak, melestarikan domba yang ada di Indonesia,” harapnya.
Informasi ini disadur dari Youtube Channel Swasta Bebas. Kami berharap melalui publikasi dengan konten semacam ini, dapat mengubah mindset masyarakat Indonesia tentang arti sebuah kesuksesan.
Sukses tidak melulu beristilah Crazy Rich yang terkesan dengan pamer harta dan kemewahan. Kami meyakini masih banyak pengusaha muda sukses di luar sana yang tidak begitu terekspos. Semoga melalui konten ini dapat menggugah semangat pengusaha-pengusaha muda yang dapat memberi teladan yang baik serta bermanfaat bagi bangsa dan negara.