Lirik Mars Satu Abad NU dan Penjelasan Gus Mus
Genap sudah Nahdlatul Ulama pada tanggal 07 Februari 2023 lalu berusia 100 tahun dihitung berdasarkan penanggalan hijriyah tahun kelahirannya, yakni 16 Rajab 1344 H. Begitu banyak rangkaian acara yang dikonsep begitu epik oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk menunjukkan kedigdayaan NU menjadi salah satu lokomotif untuk membangun peradaban dunia yang lebih baik. Komitmen, harapan serta cita-cita NU tersebut kemudian dimonumentalkan dalam Lirik Mars Satu Abad NU yang diciptakan oleh Gus Mus.
Sebagaimana telah kita saksikan bersama, begitu banyak rangkaian acara yang digelar oleh PBNU untuk menyambut harlah ke 100 tahun Nahdlatul Ulama, mulai dari seminar internasional fiqh peradaban, Religion 20 (R20) sebagai irisan dari agenda G20 yang dilaksanakan oleh pemerintah RI, sampai resepsi puncak satu abad NU yang digelar di Gelora Delta Sidoarjo beberapa waktu yang lalu dengan berbagai rangkaian acara di dalamnya.
Tidak hanya acara-acara besar yang digawangi oleh PBNU saja, kelembagaan NU di tingkat provinsi, kabupaten, kecamatan sampai desa juga tidak kalah dengan mengadakan beragam acara seperti istighosah, seminar, dan masih banyak lainnya untuk ikut “nderek hurmat” menyambut satu abad NU.
Jutaan Nahdliyyin bergerak satu padu tanpa tendesi neko-neko menuju Sidoarjo selain keikhlasan dan kesadaran ini untuk ambil bagian dan “ngalap barakah” dari para kyai NU yang berkumpul disana. Indonesia juga telah disuguhkan kekompokan dua belas ribu pasukan Barisan Ansor Serbaguna (Banser) dengan koreografi apik dan segala rangkaian puncak harlah satu Abad NU di dalamnya yang monumental.
Bagi Nahdliyyin, tentu momentum ini istimewa. Sangat beruntung bagi kader-kader NU yang turut ambil bagian dalam perayaan ini, pasalnya tidak semua kader NU berkesempatan menyaksikannya, dan harus menunggu momentum ini terulang satu abad yang akan datang.
Gus Mus, guru sekaligus salah satu jajaran Mustasyar PBNU juga turut ambil bagian dengan menciptakan Mars Satu Abad NU. Barangkali pembaca ingin menghafalkannya dan mengetahui makna dari setiap lirik mars Satu Abad NU, berikut selengkapnya.
Lirik Mars Satu Abad Nahdlatul Ulama
Maha Suci Allah, Maha Besar
Khidmah jamiyyah Nahdlatul Ulama
Telah mencapai seabad lamanya
Sudah seabad sejak kebangkitannya
Ulama bersama pengikut-pengikutnya
Istiqamah dan setia
Jaga akidah dan sunnah Rasul-Nya
Alhamdulillah, segala puji bagi-Nya
Ulama bersama pengikut-pengikutnya
Istiqamah dan setia
Menjaga agama, nusa dan bangsa
Mari kuatkan niat kita
Kita bulatkan tekad kita
Terus lanjutkan amal kita
Mengembangkan khidmah kita
Menebar kasih-sayang semesta
Membangun peradaban baru yang mulia
Tuk kedamaian dan bahagia bersama
dalam ridha Allah Tuhan Yang Maha Esa
Penjelasan Gus Mus Dibalik Lirik Mars Satu Abad NU
Mars Satu Abad NU secara resmi dilaunching oleh PBNU menjelang resepsi puncak Harlah ke 100 tahun NU. Dalam acara tersebut Gus Mus menyampaikan, penamaan mars ini lebih tepatnya “theme song”.
Gus Mus meyakini kualitas musik dari mars Satu Abad NU sudah pasti terjamin, pasalnya penggarapan musik dimandatkan kepada musisi ternama Indonesia, Toh Pati.
Ketika Gus Mus diminta oleh PBNU untuk membuat lirik lagu dalam menyambut satu abad NU, beliau mempelajari dari atsar, literasi, sejarah, dokumentasi, berita-berita yang berkaitan dengan NU untuk melihat perjalanan dan lika-liku NU dari setiap generasi, disamping pengalaman pribadi Gus Mus.
Pengabdian Nahdlatul Ulama, oleh Gus Mus ditegaskan bahwa sejak berdirinya NU memang dihajatkan untuk tidak hanya bagi warga NU saja, melainkan untuk bangsa, rakyat dan bahkan kemanusiaan; yang semuanya dapat dibaca di khittah Nahdlatul Ulama.
Gus Mus mengikuti Khittah NU dimana terjadi banyak cobaan, pasang surut ulama-ulama dan pengikutnya. Kendati begitu, beliau melihat istikomahnya perjalanan NU. Ketika ada pengurus di pusat agak surut, namun pengurus-pengurus di bawahnya tetap giat. Apabila pengurus di tingkat bawah surut, tetapi warga-warga NU terus giat.
Berdasarkan dinamika tersebut, Gus Mus meyakini bahwa fenomena tersebut tidak lepas dari sosok-sosok pendiri yang Mukhlis (ikhlas), penuh kasih sayang kepada sesama manusia, terutama kepada warga NU itu sendiri.
Sehingga, menyambut usia NU sudah genap satu abad, Gus Mus mengawalinya dengan lirik “Subhanallah, Allahu Akbar” sebagai ungkapan hati terhadap apa yang sudah dicapai Nahdlatul Ulama selama satu abad.
Di tengah-tengah lirik, Gus Mus menyelipkan “Alhamdulillah” sebagai rasa syukur bahwa segala pencapaian dan pasang surut Nahdlatul Ulama tidak terlepas sama sekali dari kehendak Allah SWT.
Sejak kebangkitannya, Gus Mus melihat NU tetap istiqamah dan setia dalam menjaga agama,nusa dan bangsa. Dalam hal agama, NU tidak hanya menjaga, fiqh atau tauhid saja, melainkan semua yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Nahdlatul Ulama berikhtiar membantu orang-orang yang ingin mengenal Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah, mengenal kasih sayang Rasulullah; silahkan melihat NU dan para kyai-kyainya.
Gus Mus melalui bait tersebut mengajak “membulatkan tekad” untuk melanjutkan amal yang telah dilaksanakan saat ini, baik yang bersifat organisasi, kemasyarakatan, bahkan kemanusiaan.
Khidmah NU dari tahun ke tahun, periode ke periode selalu berkembang, kata Gus Mus. Terbukti bahwa dewasa ini PBNU sudah menunjukkan orientasi pengkhidmatan kepada jagat (dunia) sebagaimana simbolnya NU. Gus Mus menerangkan, pengkhidmatan NU sudah baik, tetapi harus dikembangkan karena banyak pihak yang membutuhkan khidmad Nahdlatul Ulama.
“Menebar kasih sayang semesta” bermakna, untuk melawan ketidakpahaman orang terhadap agama, sehingga menampakkan penampilan agama yang tidak sesuai agama Islam yang penuh kasih sayang, NU memiliki peranan penting atas hal tersebut termasuk amar ma’ruf nahi munkar sesuai tuntuan Rasulullah SAW yang bukan dengan kebencian, melainkan kasih sayang.
Baiat terakhir menerangkan bahwa sebuah harapan besar segala ikhtiar Nahdlatul Ulama selalu mendapatkan ridha dari Allah SWT dengan keberkahan-Nya.
Demikian lirik Mars Satu Abad NU dan penjelasan Gus Mus, terima kasih dan mohon maaf atas segala khilaf.