Ngalap Barakah Akbar Satu Abad Nahdlatul Ulama
Bahagia sekaligus bangga bisa menjadi bagian dari agenda resepsi puncak Harlah ke 100 Tahun di Sidoarjo kemarin Selasa (07 Februari 2023). Usia satu abad yang dirayakan tersebut berdasarkan penanggalan Hijriyah kelahiran NU yakni pada 16 Rajab 1344 H.
Sejak diumumkan secara resmi oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bahwa resepsi puncak Harlah satu abad NU bertempat di Gelora Delta Sidoarjo, sudah bisa terbayangkan lautan Nahdliyyin akan tumpah ruah disana.
Sudah terbayangkan juga betapa butuh tenaga ekstra untuk bisa hadir di acara istimewa tersebut. Tidak ada hanya tenaga, waktu dan biaya tentunya perlu dipertimbangkan. Kendati demikian, semangat “ngalap barakah” kepada kyai-kyai sepuh NU dalam acara tersebut.
Mendekatkan Sinyal “Wifi”
Sebenarnya dalam acara kemarin, saya hampir tidak ikut ke Sidoarjo karena ada agenda keluarga yang mendesak. Kendati begitu, alhamdulillah akhirnya saya bisa bisa berangkat bersama sahabat-sahabat yang lain meskipun sudah hampir jam 12 malam.
Bersama belasan orang dengan membawa dua kendaraan pribadi, saya berangkat dari Trenggalek menuju Sidoarjo dengan mengambil jalur bawah. Pasalnya, sembari di perjalanan sambil memantau pergerakan lalu lintas rombongan satu abad NU yang melalui tol infonya sangat padat.
Saya bersama sahabat-sahabat dalam rombongan sudah berniat yang terpenting berangkat, kalau lelah ya istirahat, sukur-sukur nanti melewati makam wali bisa ziarah sekalian, kalau pengen ngopi ya ngopi dulu; yang terpenting berangkat dulu ntah nanti sampai Sidoarjo jam berapapun nikmati saja perjalanannya.
Karena kami lewat jombang, alhamdulillah kita bisa mampir sowan dulu ke makam Mbah Sayyid Sulaiman sembari ngopi-ngopi dan istirahat dulu.
Oh ya, biaya perjalanan bagaimana? Siapa yang membiayai? Seperti yang disampaikan Gus Yahya, bahwa semua warga Nahdliyyin yang berangkat ke Sidoarjo disana bukanlah tamu, tetapi semua adalah panitia. Begitu juga kami, biayanya ya urunan buat ngisi bensin dan biaya ngopi bareng selama perjalanan.
Sebetulnya, hurmat satu Abad NU dari rumah juga bisa, apalagi agenda resepsi harlah NU di Delta Sidoarjo tersebut bisa disaksikan melalui live streaming Youtube. Namun ada hal yang menjadikan kami ada motivasi keharusan untuk berangkat; pertama momentum yang bisa ditemui lagi menanti satu abad ke depan dan kedua, mendekatkan sinyal “wifi”.
Segala rangkaian resepsi puncak satu abad NU yang berada di stadion Gelora Delta Sidoarjo menjadi pusat doa para ulama dan kyai-kyai NU di seluruh Nusantara. Oleh karenanya, pun belum berkesempatan untuk masuk ke dalam stadion, kami meyakini ada keberkahan tersendiri dengan ikut hadir di seputaran tempat acara.
Lautan Manusia NU Berkumpul
Perjalanan malam menuju Sidoarjo yang kurang lebih memakan waktu 6-7 Jam pastinya menguras tenaga dan menahan kantuk yang luar biasa. Pun begitu bukan pecinta NU namanya jika tantangan semacam ini saja tak teratasi. Akhirnya kami sampai di seputaran stadion pukul 06.30 WIB.
Karena salah satu dari rombongan memiliki saudara yang rumahnya dekat stadion, membuat kami tidak repot untuk mencari lahan parkir dan tempat istirahat. Bisa teman-teman bayangkan bagaimana padat dan macetnya di sekitar lokasi acara, sangat-sangat padat. Empat juta lebih warga Nahdliyyin berkumpul untuk ngalap barakah di acara satu abad NU.
Belum lagi, cuaca pada pagi hari sangat panas. Jadi, memang jika langkah kaki yang bergerak tidak dibalut dengan tujuan ngalap berkah dan wujud kecintaan kepada Nahdlatul Ulama, tentunya lebih memilih untuk tidak berangkat.
Banyak cerita dan pengalaman yang didapat bagi warga Nahdliyyin yang berangkat. Hal ini bisa kita lihat dari gegap gempitanya baik di lokasi secara langsung maupun di media sosial. Bayangkan saja, berjalan berkilo-kilo meter di bawah terik matahari untuk bisa masuk ke dalam arena stadion, pun ujung-ujungnya nggak bisa masuk, tapi yakin, hal itu tetap berkesan.
Belum lagi ada video viral dimana ibu-ibu muslimat yang nekat nerobos jalur tol lewat semak-semak untuk bisa nrabas motong jalur agar tidak terlalu lama berjalanan kaki. Bukannya menggerutu, tapi bisa dilihat dari ekpresi mereka justru tampak keceriaan dan kebahagiaan yang muncul.
Saya Bagian dari Abad Ke-2 Nahdlatul Ulama
Bagi semua pecinta NU, saya yakin memiliki motivasi yang sama. Tidak sebatas bagi mereka yang memang bergelut di dunia pengkhidmatan NU saja, tetapi banyak organisasi dan komunitas lintas agama yang memiliki frekuensi serupa dengan cita-cita peradaban NU turut bersuka cita dalam menyambut abad ke-2 Nadhlatul Ulama.
Kesamaan dalam kesadaran cita-cita peradaban menjadikan siapapun yang menjadi pecinta NU bergerak dan berdiaspora di dalam peranan dan kapasitasnya masing-masing. Para alim ulama, masyayikh dan para guru pesantren tentu sudah tidak perlu dipertanyakan lagi bagaimana beliau-beliau berkhidmah, mendidik santri menjadi manusia-manusia berakhlaqul karimah dan ngemong masyarakat di sekitar adalah wujud ikhtiar terbaiknya.
Bagi Nahdliyyin yang hari ini menempati pos-pos strategis di dalam struktur pemerintahan, maka ikhtiar terbaik dengan membuat kebijakan-kebijakan yang arif dan bijaksana bagi kemaslahatan hajat banyak orang. Bagi pengkhidmah jam’iyyah NU, maka ikhtiar terbaik adalah sebisa mungkin melakukan gerakan untuk memperkuat organisasi secara internal maupun eksternal.
Saya berada di kelompok terakhir tersebut di atas; bersama-sama sahabat-sahabat Ansor dan Banser melakukan kaderisasi untuk terus melahirkan kader-kader terbaik yang siap berkhidmat untuk organisasi, agama, bangsa dan negara.
Sebagai pengkhidmat NU melalui Gerakan Pemuda Ansor, saya bersama-sama sahabat-sahabat lainnya senantiasa istikomah dan setia bergerak dengan harapan ngalap barakah dari para masyayikh Nahdlatul Ulama.
Selamat datang di Abad ke-2 Nahdlatul Ulama.